Kucing Siam yang Sombong
Sinna adalah seekor kucing siam. Ketika ia masih kecil, ibunya pernah berkata, “Kau harus tahu, anakku… Kita ini keturunan kucing dari istana Raja Siam. Nenek moyang kita lahir dan tinggal di istana Raja Siam.”
Waktu itu, Sinna bertanya pada
ibunya, “Bagaimana kalau ada yang tidak percaya, Bu?”
“Kalau ada yang tidak percaya,
suruh saja mereka melihat ke matamu yang biru, titik cokelat tua di ekor dan
kakimu, juga bulu kecoklatan yang halus. Itu adalah ciri-ciri kucing siam asli.
Keturunan dari kucing bangsawan yang tinggal istana Raja Siam.” Begitu dulu
penjelasan ibu Sinna.
Kini Sinna sudah dewasa. Ia
tetap percaya kalau ia adalah kucing bangsawan. Dan itu membuat ia menjadi
kucing yang sombong. Ia merasa dirinya lebih hebat dibanding kucing gemuk yang
tinggal di sebelah rumahnya. Atau kucing oranye yang tinggal di seberang
jalan.
Setiap kali berjalan keluar
gerbang rumahnya, Sinna tidak pernah menegur kucing-kucing tetangganya. Ia
merasa kucing-kucing itu hanyalah kucing kampung. Tidak sehebat dirinya yang
keturunan kucing dari istana Raja Siam.
Kucing-kucing lain tetangga
Sinna, mulai kesal pada sikap Sinna.
“Kalau dia memang kucing
bangsawan, harusnya dia tahu cara bersikap baik dan ramah. Harusnya dia tahu
cara bersikap peduli pada kucing lain,” kata Abu si kucing abu-abu.
“Aku tidak percaya dia kucing
bangsawan,” tawa Oren si kucing oranye. “Kalau dia dikejar anjing peking di
jalan, dia pasti akan lari juga seperti kucing kampung lainnya. Aku yakin itu!”
“Ssst… lihat! Itu si King
anjing peking baru keluar dari rumahnya…” bisik Abu pada Oren. Ia menunjuk ke
arah jalan.
“Ssst… lihat! Itu si nona
bangsawan juga baru keluar dari gerbang rumahnya,” bisik Oren sambil meringis.
“Kalau begitu, ayo kita panjat
dinding. Kita lihat apa yang terjadi. Pasti ada kejadian seru! Hi hi hi…” tawa
Abu.
Abu dan Oren lalu berlari dan
melompat lincah sampai ke atas dinding pagar. Di atas dinding, mereka menunggu
Sinna dan King bertemu di jalan.
“Guk guk guk…” terdengar
gonggongan King si anjing peking.
Abu dan Oren rupanya tak perlu
menunggu lama. Tontonan seru sudah ada di depan mereka.
“Guk guk guk…” gonggongan King
terdengar semakin keras. Rupanya, kini King sudah berhadapan dengan Sinna.
“Siapa kau?” seru King.
“Namaku Sinna. Aku kucing
bangsawan. Nenek moyangku lahir di istana kerajaan Siam,” kata Sinna bangga
sambil mengangkat punggungnya tinggi-tinggi. Matanya sayu, menatap King dengan
meremehkan.
“Guk guk… lucu juga!” gonggong
King si anjing peking. “Nenek moyangku juga lahir di istana kerajaan Cina.
Jadi, itu membuat kita berdua keturunan bangsawan!” kata King.
“Oyaaa?” tanya Sinna masih
dengan gaya sombong.
“Ya! Kita sama-sama bangsawan.
Jadi, ayo, kita main bersama! Seperti yang dilakukan kucing dan anjing
bangsawan lainnya!” seru King.
Tak menunggu lama, kedua hewan
itu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan kucing dan anjing lainnya.
King mengejar Sinna sampai Sinna lari terbirit-birit. Hilang semua
kesombongannya.
Oren dan Abu hanya tersenyum
melihat dari atas dinding.
“Sinna lari seperti kita saat
dikejar anjing. Karena dia memang tidak lebih baik dibanding kucing kampung
lainnya,” ujar Oren pelan.